TRADISI COLOKAN DI DESA BEKTIHARJO SEMANDING TUBAN
Tuesday, May 28, 2019
Berita,
Bogor,
Inovasi,
Krajan,
Lain-lain,
Lembaga,
Medokan,
Wisata Budaya
Edit
Tradisi colokan juga sangat khas Jawa, termasuk wilayah Desa Bektiharjo Semanding Tuban. Dari namanya saja sudah kelihatan kalau ini merupakan tradisi Jawa yang sangat khas. Sama seperti tradisi-tradisi yang berkaitan dengan bulan puasa, maka tradisi ini juga tidak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan dan kapan dimulainya tradisi ini. Namun demikian, saya berkeyakinan bahwa tradisi ini juga dapat dikaitkan dengan keberadaan walisanga sebagai penyebar Islam di Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya. Dan secara lebih khusus tradisi ini juga bisa dikaitkan dengan Kanjeng Sunan Kalijaga yang memang memiliki cara berdakwah yang sangat khas.
Tradisi colokan dilakukan oleh masyarakat pedesaan Jawa untuk menandai datangnya maleman, yaitu malem selikur (waktu berbuka puasa ketika puasa sampai hari ke 20) dan malem songolikur (waktu berbuka puasa ketika puasa sudah sampai hari ke 28). Penyebutan istilah malem terkait dengan posisi bulan, sebab puasa menggunakan sistem lunar (bulan), sehingga penyebutannya menjadi malem, artinya ketika bulan terbit ke tanggal tertentu. Dalam istilah-istilah Jawa dikenal malem selikur, tuwang, malem telu, tuwang, malem selawe, tuwang, malem pitu, tuwang dan malem songo. Jadi kebanyakan penyebutannya bukan malem telulikur, malem pitulikur dan malem songolikur. Tuwang digunakan untuk menyebut malem rolikur, malem patlikur, malem nemlikur, malem wolulikur.
Di dalam upacara maleman sebenarnya juga terdapat suatu unsur yang dinamakan colokan, yaitu membakar colok di pojok-pojok rumah. Colok dibuat dari potongan kayu-kayu kecil yang di salah satu ujungnya dibalut dengan kain lalu dicelupkan ke dalam minyak tanah. Colok tersebut kemudian dibakar dan ditancapkan di tanah. Di tahun 60-an, tradisi colokan itu masih dilakukan di pedesaan-pedesaan Jawa. Saya sangat antusias untuk melaksanakan tradisi colokan tersebut. Bagi saya waktu itu, tradisi colokan itu semacam mainan bagi anak-anak kecil. Sambil berlarian saya dan keluarga saya menyalakan colok di pojok-pojok rumah. Jumlahnya pun ganjil tergantung tanggal pelaksanaannya. Jika malem selikur, maka jumlahnya 21 dan jika malem songolikur, maka jumlahnya 29. Sayangnya tradisi ini sekarang jarang dilakukan.
-------------------------
Informasi, saran, kritik, Hubungi segera :
WA: 0811 3010 123
Telp/SMS : 0811 3010 123
*tombol hanya berfungsi jika anda mengakses web ini via Smartphone
0 Response to "TRADISI COLOKAN DI DESA BEKTIHARJO SEMANDING TUBAN"
Post a Comment