Rasa gurih Ampo, Camilan unik dari tanah khas Bektiharjo Tuban

Camilan biasanya terbuat dari bahan umum seperti beras, ketan ketela dan lain sebagainya. Ada jenis camilan di Bektiharjo Tuban-Jawa Timur yang tidak umum karena camilan tersebut terbuat dari tanah yang disebut ‘ampo’.


Camilan ampo sebenarnya hanya diperuntukkan bagi wanita yang sedang ngidam atau hamil. Namun lama kelamaan semua orang menyukai camilan dari bahan baku tanah tersebut.

Ampo, demikian warga menyebutnya. Makanan khas Bektiharjo Tuban ini bentuknya mirip kue astor dibuat sebagian warga Kampung Trowulan, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding.

Hingga kini asal muasalnya belum diketahui. Tapi yang jelas warga sudah membuatnya secara turun temurun. Makanan ini murni terbuat dari tanah yang berwarna hitam tanpa campuran bahan baku lainnya.

Pembuat ampo di Kampung Trowulan ini tinggal dua orang yang masih dalam satu keluarga, yakni Mbah Ramani dan Sarpi’ah, anak Ramani, namun peminat makanan khas Tuban ini masih banyak.

Terbukti keluarga mereka setiap hari mampu menjual hingga lima belas sampai dua puluh kilogram ke para pelanggan di pasar kota Tuban. Ampo di jual dengan harga sangat murah, perkilogram-nya hanya tiga ribu rupiah. Harga tersebut sejak sepuluh tahun yang lalu hingga sekarang tidak pernah berubah.

Kebanyakan para peminat makanan ini adalah para wanita hamil yang sedang ngidam. Mereka membeli untuk di konsumsi sehari hari. Selain itu, banyak juga warga yang makan sebagai camilan.

Selain dikonsumsi untuk di makan, ternyata makanan ini juga digunakan sebagai salah satu bahan pelengkap untuk sesaji dalam acara larungan atau sedekah bumi. Selain itu, ampo juga berkhasiat untuk seseorang yang sedang sakit perut. Caranya cukup meminum air rendaman ampo.

Bahan baku camilan ampo terbuat dari tanah yang berwarna hitam, yang sudah di pilih dan tidak mengandung kerikil. Menurut pembuat camilan ini, tanah liat hitam lebih gurih di banding tanah liat merah. “Rasanya khas dan banyak yang suka”, ujar Mbah Ramani, salah seorang pembuat ampo.

Biasanya mereka mengambil tanah liat dari sawah maupun tanah tegalan. Jika tanahnya kering maka harus di siram air terlebih dulu, agar bisa dipadatkan.

Tanah liat yang sudah padat kemudian di serut dengan menggunakan pisau yang terbuat dari bambu yang tajam. Hasil serutan inilah nantinya di taruh di dalam tungku, yang kemudian di asapi tanpa menggunakan bara api, hingga kering dan matang.


Perapian di buat sedemikian rupa agar tidak terlalu besar. Namun jika asap semakin besar, maka ampo akan terasa lebih gurih. Setelah kering dan matang di asapi sekitar sepuluh menit, camilan ampo sudah langsung siap di makan.

Ampo ini rasanya sangat gurih, dan rasanya hampir seperti kacang tanah yang sudah digoreng. Di samping itu ada rasa kopi campur coklat. 

Sekretaris Desa Bektiharjo, Wirlilik Gundoyo menyampaikan bahwa kekayaan dan kearifan lokal ini harus dijaga kelestariannya, mengingat potensi kepunahannya sangat tinggi. Perlu banyak langkah-langkah sistematis untuk memeliharanya.

Sumber: kampungide.com


-------------------------
Informasi, saran, kritik, Hubungi segera : 

WA: 0811 3010 123

sms:08113010123?body=halo
Telp/SMS : 0811 3010 123

*tombol hanya berfungsi jika anda mengakses web ini via Smartphone

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Rasa gurih Ampo, Camilan unik dari tanah khas Bektiharjo Tuban"

Post a Comment